0 komentar Senin, 28 April 2008

Di tengah kabut malam Dira berjalan menapaki jalan setapak, merenungi apa yang telah terjadi padanya. Sampai tibalah dia di tepi satu danau yang berkilauan tersinari cahaya rembulan, dia terduduk di tepian danau. Di wajahnya tersirat keputusasaan, dalam hati dia bertanya kepada sang rembulan, "Wahai bulan, kenapa aku ini? Ada apa dengan hidupku ini? Wahai rembulan apakah kau bisa memberiku jalan keluar?" tapi dia sadar bahwa bulan tetap bulan dan tidak akan bisa memberi jalan keluar. Akhirnya dia berdiri dalam keputusasaan dan melanjutkan kehidupannya dalam keterpurukan.

Hari demi hari berlalu tanpa terasa, dia terus melalui hidup dengan keterpurukan sampai pada suatu hari dia menemukan sesorang. Seorang gadis yang memiliki sosok yang anggun, cantik, bagaikan bunga yang kuncupnya akan segera mekar.

Dia begitu terpesona dengan gadis itu, dia sangat yakin bahwa gadis itulah yang dapat menyelamatka dia dari keterpurukan. Dia menyapa gadis tu dangan sangat sopan" selamat siang." Gadis itu hanya tesenyum kepadanya, dan senyumnya itu bagaikan bulan yang setengah mucul. " sangat indah" Dira berkata dalam hati, waktu seakan berhenti sesaat waktu gadis itu lewat di depannya dan diapun tidak sadar bahwa gadis itu telah pergi meninggalkannya.

Lalu aku daaing dan menepuk punggung nya, "Hey,kenapa kamu?" aku bertanya kepadanya. Dira begitu terkejut ketika aku menyapanya. Lalu dira pun menciritakan secara terperinci bahwa dia telah terpesona oleh seorang gadis. "Oh, gadis yang tadi? Kalau dia aku kenal. dia adalah Ira,anak yang sanga baik, cantik dan anggun. Kamu memilih gadis yang tepat untuk melupakan masalalumu." Dira tertegun sejenak, dan aku mengerti bahwa dia teringat kembali akan masalalunya. Aku segera meminta maaf kepadanya . tapi dia hanya tersenyum dan menggelengkan kepala menandakan dia memaafkanku.

Selang beberapa waktu, aku menenalkan Dira kepada Ira. Dan aku melihat dari wajah mereka yang kemerah-merahan yang menandakan mereka saling tertarik satusamalain.selang beberapa minggu, entah bagaiman ceritanya tiba-tiba mereka sangat dekat, dan aku sangat terkejut ketika aku melihat Dira dan Ira disebuah taman. Dan pada saat itu Dira berlutut di depan Ira , aku mendengar Dira menyatakan perasaannya kepada Ira bahwa dia sangat menyukai Ira. Dira menunggu dengan harap cemas, dan aku melihat kebingungan di raut wajah Ira. Waktu seakan berjalan lambat pada saat itu, dan mulut Ira yang kecil dan tipis mulai bergerak dan mengatakan bahwa sebenarnya dia juga menyukai sosok seorang Dira. Dan itu semua berarti Ira telah menerima Dira dengan sebua komitmen yang mengikat mereka.

Hubungan mereka semakin erat seiring berjalannya waktu, Tapi suatu malam yang kelam Dira bermimpi tentang seorang perempuan yang telah menjatuhkan dia kdalam jurang keterpurukan. Prempuan yang sangat dia cintai, perempuan yang teramat dia sayangi. Tapi sekarang perempuan itu telah lepas dari pelukan seorang Dira, Dira terbangun dengan napas yang terengah-engah. "apa maksud semua ini" dia bertanya dalam hatinya.

Malam berganti siang dan hari berlanjut seperti biasanya, tapi ada sesuatu yang berbeda dengan sikap Dira terhadap Ira. Dari wajahnya Ira terlihat begitu khawatir dengan keadaan Dira, yang lebih banyak diam dibndingkan berbicara.

Pada suatu sore Ira berjalan menghampiriku,"selamat sore" Ira menyapaku. Lalu dia menceritakan tentang kekhawatiran dia terhadap sikap Dira belakangan ini, " jangan Khawatir, aku akan coba menanyakan apa yang terjadi kepadanya". Aku berkata untuk menenangkannya.

Keesokan harinya aku menghapiri Dira yang sedang duduk di bangku sekolah dan menanyakan apa yang terjadi kepadanya, dan Dira pun menceritakan tentang kebimbangan dia. Tentang bayangan seorang perempuan yang selalu ada di benaknya , selalu ada dipikirannya, dan selalu ada di sudut hatinya yang terdalam. Seorang perempuan dari masalalunya yang tidak pernah bisa dia lupakan. Dia sekarang dia terjebak di dalam sebuah kebimbangan yang seperti mencabik hatinya dan mebawanya kesebuah keadaan yang disebut dengan dilemma.

Aku merenung sejenak dan melihat raut wajah Dira yang lusuh seperti tidak tidur beberapa hari, "Hey, kenapa kamu?" tegur Dira, aku terperanjat " aku hanya bisa menasehati, sopaya kamu mengikuti kata hatimu apapun yang terjadi!" aku berkata untuk memberikan nasehat.

Dira merenung sesaat terlihat dari wajah Dira bahwa dia telah menemukan sebuah jalan untuk mengakhiri keadaan ini, lalu dia berdiri dan mengucapkan terimakasih kepadaku serya berjalan menuju ruang kelas dengan di ikuti bel jam pelajaran berbunyi.

Saat malam tiba, Dira terduduk di sebuah kursi restaurant pinggir pantai dengan ditemani udara laut yang dingin seakan menusuk kulit. Waktu terus berjalan sampai terlihatlah sosok perempuan berpakaian putih berjalan dengan rambut panjang terurai dibelai angin, dengan keanggunan yang menarik semua mata. Aku masih dalam lamunan terpukau oleh keanggunan Ira Ketika dia menyapaku" kamu sudah menunggu lama? Sapanya sambil tersenyum melihatku yang terperanjat kaget." Tidak, tidak terlalu lama." Jawabku, keadaan hening sejenak sampai suara sendok yang menghujam lantai dengan keras memecah keheningan." Ada apa Dira, tumben kamu mengajakku ke tempat seperti ini dan mempersiapkan tempat seindah ini." Ira memulai pembicaraan. Aku hanya berkata " Kamu cantik malam ini." Ira tersenyum dengan wajah memerah.

"sebenarnya aku mau mengatakan sesuatu kepadamu, Ira."

" apa Itu" jawab Ira.

" aku sangat sayang kpada kamu, aku sangat cinta kepada kamu. Tapi ada satu hal yang menghalangi rasa sayang ku kepadamu."

" maksud kamu apa" Ira bertanya dengan wajah heran.

"aku sadar aku akan menyakiti hatimu, tapi aku harus mengatakan ini semua." Ira terdiam bingung.

" beberapa hari lalu aku selalu selalu merenung teringatkan pada seseorang, seseorang yang berasal dari masalaluku, sesorang yang pernah aku cintai, sesorang yang pernah menyakitiku, dan seseorang yang selalu aku coba lupakan. Yaitu cinta masalalu yang terus menghantuiku. Tapi belakangan aku tersadar bahwa aku tidak dapat melupaka dia, dan akau tersadar bahwa aku hanya menjadikanmu sebagai pelarian. Aku tidak mau menyakitimu, aku takut matamu yang indah basah terbsuh air mata, aku tidak mau hatimu yang baik tersakiti hanya oleh keegoisan ku. Oleh karna itu, aku minta maaf kepadamu. Aku sangat berharap kamu dapat memaafkan ku. Mungkin hubungan kita hanya bisa sampai disini."

angin berhembus seakan memperlihatkan kegalauan hati seorang gadis cantik yang duduk di depanku. Dan sang waktu seakan berhenti ditengah keheningan sesaat.

" aku mengerti" mulut Ira yang indah dan mungil berbicara.

" aku mencoba mengerti apa yang kamu ungkapkan. Aku dapat menerima itu semua, aku mencoba menerima itu semua, dan semoga ini merupakan keputusan yang tepat"

Ira berdiri seraya berjalan meninggakan Dira, dan dia melihat sebuah tetesan air yang keluar dari mata Ira yang jatuh bersama tetesan air hujan yang seakan ikut menangisi apa yang telah terjadi malam itu. Ira pun berjalan ditengah tetesan air hujan di piggir pantai bersama angin yang membelai rambutnya yang indah.

Dan Dira yang kembali sendiri menanti cinta masalalu yang mungkin taakan kembali, dan dia hanya bisa berkata ;

" Kamu cantik malam ini"

*****